biaya hidup di Swiss
Sebagai mahasiswa internasional yang berasal dari Indonesia, biaya hidup di Swiss mungkin tergolong mahal dan berada di atas rata-rata biaya hidup mahasiswa internasional di Eropa. Perlu diketahui, bahwa meskipun merupakan bagian dari Uni Eropa, mata uang Swiss bukanlah Euro (EUR) melainkan Swiss Franc (CHF). Meski demikian, Euro masih diterima dan tetap dapat dijadikan alat pembayaran di Swiss terutama di tempat-tempat wisata, kecuali di toko-toko kecil. Kedua mata uang ini memiliki selisih nilai yang cukup signifikan, di mana 1 euro bernilai hampir 15 ribu rupiah, sedangkan 1 franc hanya sekitar 14 ribu rupiah.
Sumber: Freepik
Biaya hidup di Swiss bagi mahasiswa internasional secara garis besar terbagi de dalam 3 kebutuhan pokok yaitu akomodasi, makanan dan transportasi.
Biaya akomodasi adalah pengeluaran terbesar dari biaya hidup di Swiss per bulan. Pelajar internasional di Swiss dapat tinggal di asrama mahasiswa atau di apartemen. Agar lebih mudah beradaptasi, biasanya mahasiswa baru akan lebih memilih untuk tinggal di asrama mahasiswa yang disediakan kampus. Selain harganya lebih murah, lokasi yang dekat dengan kampus, asrama mahasiswa juga menawarkan banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa internasional lainnya.
Baca Juga : Negara dengan Biaya Hidup Termurah untuk Kuliah
Biaya yang dihabiskan pelajar internasional untuk akomodasi biasanya cukup besar, bisa lebih dari sepertiga biaya hidup. Rentang harga jika kamu tinggal di asrama mahasiswa adalah sekitar 4000-5000 CHF (sekitar 56-70 juta rupiah) per semester. Namun, di sebagian universitas biaya tersebut sudah dimasukkan ke dalam uang sekolah (tuition fee), sehingga tidak membutuhkan biaya khusus.
Pilihan lain untuk akomodasi adalah apartemen, baik yang untuk satu orang ataupun apartemen sharing dengan harga per orang sekitar 500-850 CHF (7-11,8 juta rupiah) setiap bulannya. Hanya saja, akomodasi jenis ini umumnya belum termasuk furnitur sehingga kamu harus mengisi sendiri. Selain itu, ada biaya tambahan lain seperti listrik, air dan internet dan biaya lainnya.
Biasanya pelajar asal Indonesia cenderung memasak dengan membeli bahan makanan di supermarket. Jika kamu berbelanja pada sore hari, biasanya harga bahan makanan akan diskon sehingga jadi lebih murah. Hanya saja, swalayan biasa umumnya tidak menyediakan bumbu-bumbu khas masakan Indonesia, tapi kamu akan dapat menemukannya di supermarket Asia. Untuk memasak makanan sendiri, kamu mungkin akan menghabiskan sekitar 200-350 CHF (3-5 juta rupiah) per bulan.
Sementara itu, harga makanan jadi di restoran berkisar 15-25 CHF (209-350 ribu rupiah) satu kali makan. Biasanya, kantin kampus juga menyediakan makanan dengan harga yang lebih murah yaitu di bawah 10 CHF per porsi. Secara keseluruhan, biaya yang dikeluarkan untuk makanan berkisar antara 250-500 CHF (3,5-7 juta rupiah) per bulan.
Pelajar internasional umumnya tinggal di akomodasi siswa yang dekat dengan kampus, sehingga rata-rata menggunakan sepeda untuk bepergian. Namun, kendaraan umum tetap akan dibutuhkan untuk bepergian dengan jarak yang lebih jauh. Swiss memiliki beberapa pilihan moda transportasi seperti kereta bawah tanah, trem dan bus trolley.
Baca Juga : Kota Dengan Biaya Hidup Termurah di Indonesia
Untuk dapat bepergian dengan transportasi publik, kamu harus memiliki tiket harian atau monthly pass. Tiket harian bisa kamu dapatkan, namun harganya akan cenderung lebih mahal. Secara umum, transportasi di Swiss tergolong mahal, lebih baik berlangganan paket monthly pass yang menyediakan diskon khusus untuk pelajar.
Sumber: Freepik
Swiss terkenal sebagai negara dengan sekolah hospitality terbaik dan memiliki sejarah yang panjang di bidang tersebut. Hospitality (termasuk pariwisata) merupakan bidang studi yang akan terus berkembang dalam dunia industri. Lulusan sekolah hospitality di Swiss adalah sebuah prestise tersendiri yang akan berdampak baik bagi karirmu ke depannya.
Selain itu, meskipun biaya hidup di Swiss relatif tinggi, negara ini dikenal sebagai negara maju yang aman baik secara sosial, politik, maupun ekonomi. Negara ini juga dikenal sebagai negara cinta damai yang cenderung netral dalam konflik militer. Selain itu, isu-isu mengenai ras yang menjadi banyak masalah di negara Eropa lain juga tidak terjadi di Swiss.